Kegiatan Pendidikan Politik Bagi Perempuan (Cerdas Berpolitik Perempuan Jogja)

Selasa 24 Mei 2022, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta mengadakan kegiatan pendidikan politik bagi kelompok perempuan di Kota Yogyakarta di Griya UMKM Jalan Tamansiswa Yogyakarta.

Pada kegiatan kali ini, peserta berasal dari beberapa organisasi perempuan dengan jumlah massa banyak di Kota Yogyakarta seperti Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Muslimat, serta Fatayat. Kegiatan diawali dengan berdoa kemudian menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Ndaru Putri (Dosen AMAYO) menjadi moderator dalam kegiatan kali ini.

Budi Santosa (Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta) berharap kegiatan ini mampu mendorong dan membekali kelompok perempuan untuk lebih aktif berpolitik. 

Menurutnya selama ini perempuan sudah aktif dalam banyak bidang seperti sosial, ekonomi, lingkungan, dan pendidikan. Tapi sampai sekarang masih sulit untuk memasuki ranah politik. 

Budi juga berharap lebih aktifnya perempuan dalam ranah politik mampu mengubah wajah politik Indonesia menjadi lebih humanis. Misalnya mengubah kampanye politik yang selama ini masih berbentuk konvoi kendaraan bermotor menjadi kampanye politik yang lebih simpatik, menarik, dan programatik.

Pemateri pertama Novia Rukmi (Kaukus Perempuan Politik Indonesia DIY) memberikan "provokasi-provokasi" kepada peserta pendidikan politik. Novia memaparkan beberapa langkah agar partisipasi politik perempuan lebih substantif.

Pertama, jangan mau jadi pemilih pragmatis dengan menormalisasi politik uang karena itu adalah sumber dari korupsi. Pilihlah berdasarkan kapasitas bukan karena "isi tas". Kedua, cari track record kandidat yang punya keberpihakan kepada rakyat, khususnya kepada perempuan. Ketiga, sudah saatnya lebih memperhatikan kepentingan dan masalah-masalah yang dihadapi oleh para perempuan.

Novia juga menggarisbawahi fenomena "Queen Bee Syndrome" yaitu ketika perempuan justru malah menjatuhkan perempuan lain karena merasa iri. Tidak adanya solidaritas perempuan tersebut sering menjadi penghambat para perempuan untuk aktif berpolitik. Selain tentu saja masalah yang berlarut-larut seperti budaya patriarki dan beban ganda perempuan. 

Novia kemudian menutup  materinya dengan simulasi penganggaran sederhana yang berkeadilan gender kepada para perempuan peserta pendidikan politik. Selanjutnya para peserta pendidikan politik menyampaikan pertanyaan dan apresiasi mereka kepada Novia.

Sesi kedua diisi asesmen oleh Desy Rahmawati dari Departemen Politik dan Pemerintahan UGM. Para peserta diminta mempresentasikan pendapat mereka tentang partisipasi dan keterwakilan politik perempuan. Asesmen dilakukan dengan metode FGD. Desy menyimpulkan bahwa organisasi-organisasi perempuan perlu membangun sinergi dengan berbagai pihak agar mampu membangun agenda yang berorientasi kepada kepentingan perempuan.

Sepanjang kegiatan, para perempuan peserta kegiatan sangat aktif berdiskusi. Mereka siap mengaplikasikan dan mengamplifikasi pengetahuan yang mereka dapat kepada para perempuan lain.

Kegiatan ditutup dengan menyanyikan lagu Bagimu Negeri bersama-sama.