Ajari Putraku

Pembaca yang kreatif, ketika Kantor Kesatuan Bangsa Kota Yogyakarta meminta saya berbagi inspirasi bagi pemuda dan mahasiswa daerah di Kota Yogyakarta dengan tema pemantapan rasa nasionalisme, saya bertanya kepada mereka apa halterkecil yang bisa diberikan oleh seorang pemuda dalam memupuk nasionalisme dari dirinya? Ternyata jawabannya adalah kepedulian dengan sesama. Mengapa kepedulian menjadi modal? Apa jadinya pemuda jika sudah tidak peduli dengan sekitarnya,tidak peduli pada kegiatan keagamaan, komunitasnya, dan organisasi pemuda dan unit kegiatan di sekolahnya? Pada buku 'Born to be Happy', ada pesan Presiden ke-16 Amerika Serikat Abraham Lincoln kepada guru sekolah putranya.Isi cuplikan pesan itu adalah “Ajari Putraku”.Sang putra memang harus belajar bahwa manusia tidak adil dan tidak selalu benar. Tetapi ajari ia juga, kata Lincoln, bahwa diantara orang-orang jahat ada seorang pahlawan. Bahwa di antara para politisi yang suka mementingkan diri,ada seorang pemimpin yang berdedikasi.Ajari ia bahwa di antara musuh ada seorang sahabat. Semua memerlukan waktu, saya tahu itu, tetapi ajari ia sebisa Anda, bahwa satu dolar yang diusahakan jauh lebih berharga daripada lima dolar yang ditemukan. Ajari ia untuk belajar kalah dan juga untukmenikmati kemenangan. Arahkan ia agar menjauhi keirihatian.Sebisa Anda, ajari ia rahasia tawadalam diam. Biarkan ia belajar dengan cepat bahwa anak anak pengganggu paling mudah dikalahkan. Ajari ia, sebisa Anda, indahnya buku - buku, tetapi berikan juga kepadanya waktu untuk berpikir secara mendalam tentang misteri dari burung-burung di angkasa, lebah-lebah di teriknya sinar matahari, bunga-bunga dilereng bukit hijau. Ajari ia di sekolah bahwa jauh lebih terhormat untuk gagal daripada menipu dan mencontek. Ajari ia untuk mempunyai kepercayaan dalam gagasan pribadinya, meskipun orang lain mengatakan kepadanya bahwa gagasan - gagasannya itu salah. Ajari ia untuk berlaku lembut terhadap orang orang yang bertabiat lembut, dan berlaku keras terhadap orang yang keras. Cobalah untuk memberi putra saya kekuatan untuk tidak mengikuti kelompok terbesar ketika semua orang mengikuti pendapat orang banyak. Ajari ia untuk mendengarkan semua orang, tetapi ajari ia juga untuk menyaring segala sesuatu yang ia dengar melalui saringan kebenaran dan hanya mengambil yang baik-baik saja. Ajari ia, sebisa Anda, bagaimana untuk tertawa di kala sedang bersedih. Ajari ia agar tidak malu untuk menangis. Ajari ia untuk menertawakan yang sinis dan berhati - hati dengan kemanisan yang berlebihan. Ajari ia untuk menjual tenaga dan pikiran kepada penawar yang tertinggi, tetapi jangan pernah mencantumkan label harga untuk sanubarinya. Ajari ia untuk menutup kedua telinganya terhadap kelompok orang yang melolong-lolong dan berani berdiri dan berjuang bila menurutnya dirinyalah yang benar. Ajari ia dengan penuh kelembutan, tetapi janganlah memanjakannya. Biarkan ia mempunyai keberanian untuk tidak bersabar, biarkan iamempunyai kesabaran untuk berani.Ajari ia selalu memiliki kepedulian mulia terhadap umat manusia. Pesan ini berat, akan tetapi lakukan saya sebaik Anda. Ia anak laki-laki kecil yang baik, putraku. Pembaca yang kreatif, membaca pesan yang lembut tapi dalam dengan pembelajaran ini, membuat kita untuk lebih memahami bahwa untuk menjadikan semangat nasionalisme itu dimulai dari kesungguhan berproses, kuat dengan keadaan dan bersyukur dengan apa yang diterima. Orang yang sukses bukanlah orang yang tidak pernahgagal. Mereka pernah gagal, namun mereka belajar dari kegagalan dan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan dengan semangat dan kegigihan, pantang menyerah. Sehat dan sukses selalu. 

Oleh : Erik Hadi Saputra (Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta)

Cr : Republika (Jateng & DIY)