Pemantapan Rasa Nasionalisme Bagi Organisasi Masyarakat/LSM Kota Yogyakarta

Cinta Tanah Air saat ini tidak perlu dibuktikan dengan berperang tetapi dengan memberikan edukasi yang benar kepada keluarga. Karena edukasi yang benar akan membawa keluarga kita dan tentunya secara umum negara kita dapat melewati wabah virus Covid-19 yang menyerang semua negara tidak hanya di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Walikota Yogyakarta dalam acara Pemantapan Rasa Nasionalisme Bagi Organisasi Masyarakat/LSM yang dalam hal ini dihadiri oleh PKK Se-Kota Yogyakarta.

Memberi ketenangan kepada keluarga ditengah kepanikan semua orang dengan wabah virus Corona, paling tidak dapat sedikit membantu meredam kepanikan masyarakat. Karena kepanikan tidak serta merta dapat menyelesaikan dan meredakan virus Corona ini. “PKK Kota Yogyakarta bisa memberikan edukasi ditengah kepanikan masyarakat ditengah wabah Corona, mari bersama-sama bekerja agar virus ini tidak menyebar luas di Kota Yogyakarta,” harap pria mantan akademisi ini.

“PKK merupakan ujung tombak dalam keluarga,” ungkap Kasdim 0734 mewakili Komandan Kodim 0734 Yogyakarta. Tidak berbeda jauh dengan Drs. Heroe Poerwadi, MA, Letkol Arh Tjatur Supriyono, S.Si., M.Sc mengharapkan PKK Kota Yogyakarta setelah acara ini dapat menerapkan ilmu yang didapat agar bisa menciptakan generasi yang hebat. Apalagi saat ini hal-hal yang dapat mempengaruhi rasa nasionalisme bangsa sedang marak terjadi, sehingga ibu-ibu PKK Kota Yogyakarta dapat lebih merangkul anak-anaknya dan keluarganya agar tidak terpengaruh.

Sedangkan Ketua TPP PKK Kota Yogyakarta yang diwakili oleh Ketua Pokja 1 sebagai narasumber memberikan arahannya sebagai ujung tombak keluarga. PKK di Kota Yogyakarta dapat lebih pintar dan cekatan dalam mengelola informasi yang beredar di masyarakat. “Tidak panik dan tetap tenang adalah kunci utama agar keluarga kita terhindar dari berbagai isu maupun hal yang dapat memecah belah bangsa, terutama saat ini dapat kita terapkan dalam wabah Corona yang sedang melanda di berbagai negara tidak hanya di Indonesia,” ujar Wuri Astuti.

 

Credit by CSAN